Diberdayakan oleh Blogger.

Cerita tentang Idola dan Fans

Posted by Catatan Jurnalis

Semilir angin dan aroma khas museum menyambut kedatangan pengunjung, Rabu (20/3). Sebuah patung wajah penyanyi yang melejit di era 90-an terpampang di tengah ruangan, seolah memberikan ucapan selamat datang. Dipandu Okeu salah satu anggota Nike Ardilla Fans Club (NAFC) pengunjung diberi penjelasan mengenai benda-benda yang ada di museum.

Berbagai macam foto dan lukisan alm. Nike Ardilla tersusun rapi di dinding. Beberapa baju show lengkap dengan foto ketika alm. mengenakannya, kosmetik yang dipernah dipakai, benda-benda ketika saat terjadi kecelakaan hingga pintu mobil yang rusak akibat kecelakaan maut di JL.Riau RE Martadinata pun ada di sana. Koleksi tersebut tidak hanya milik pribadi gadis kelahiran 27 Desember 1977, tetapi ada beberapa koleksi yang berasal dari fans.

Lukisan alm. Nike Ardilla bersama Marleyn Mondrow yang belum sempat dilihat. Karena sebulan  setelahkematiannya lukisan ini baru selesai, Rabu (20/3). Alfian.
Ada sebuah lukisan yang sangat menarik perhatian pengunjung. Lukisan itu juga selalu menjadi tempat favorit pengunjung untuk didokumentasikan. Lukisan alm. bersama Marlyn Mondrow. Gadis bernama lengkap Raden Rara Nike Ratnadilla Kusnadi ternyata sangat mengidolakan Marlyn Mondrow. Tak heran jika museum yang berdiri sejak 27 Desember 1996 ini juga terdapat beberapa benda-benda yang bergambar dan identik dengan penyanyi Hollywood berambut pendek.

Museum yang diberi nama Museum Nike Ardilla berdiri atas inisiatif para fans yang tergabung dalam NAFC. Museum ini beralamat di Komplek Aria Graha Jl. Aria Utama No.5 Soekarno-Hatta, Bandung. Awalnya pihak keluarga tidak setuju dengan berdirinya museum yang berada di lantai 2 rumah milik Kang Alan (kakak pertama alm.). Alasannya karena pihak keluarga tidak ingin larut dalam kesedihan yang mendalam. Namun atas desakan fans dan berbagai macam pertimbangan, akhirnya keluarga meresmikan museum yang tidak begitu luas setahun setelah meninggalnya pelantun “Bintang Kehidupan” karya Dedi Dores.

Artis berdarah sunda ini memulai karirnya sejak usia 9 tahun. Mulai dari panggung ke panggung hingga mengikuti lomba-lomba menyanyi. Dani Cabrik adalah orang yang pertama menemukan bakat terpendam gadis bungsu dari tiga bersaudara ini. Perjalanan penyanyi yang memiliki jiwa sosial tinggi ini sungguh tak semudah yang disangkakan. Pasalnya walaupun ia memiliki ribuan fans yang tersebar di seluruh Indonesia dan Negara tetangga, tetap saja tak lepas dari hujatan pesaingnya.

Ketika keluarnya album kedua dengan hits single Bintang Kehidupan, ia dituding sebagai penyanyi yang belagu karena membuat NAFC (Nike Ardilla Fans Club) yang bersaing dengan Iwan Fals yang kala itu juga sedang dalam puncak popularitasnya. Namun hal itu akhirnya dapat teratasi.

Awalnya NAFC dibentuk di Bandung dengan Radio Ganesha sebagai pelopornya. Jumlah anggota yang terdaftar saat sungguh diluar dugaan. Karena hanya untuk wilayah sekitar Bandung, sudah seribu orang yang mendaftarkan diri. Inilah yang sempat menjadi kontroversi saat itu. Sebagai pendatang baru Nike dianggap penyanyi yang sombong. 

Namun fakta yang terjadi sebaliknya. Artis multi talenta ini dikenal juga dengan jiwa sosial yang tinggi. Diusianya yang terbilang muda, ia telah membangun sebuah sekolah untuk orang-orang yang berkebutuhan khusus. Sekolah itu bernama SLB Nike Ardilla yang letaknya tidak jauh dari Museum Nike Ardilla.

Kecintaan NAFC terhadap sang idola sangat besar. Dengan berdirinya Museum Nike Ardilla, Yayasan Nike Ardilla, peringatan hari kematian dan kelahiran yang setiap tahunnya diselenggarakan, menjadi bukti bahwa penyanyi yang meninggal di usia 19 tahun ini begitu membekas dihati fans.

Walau raganya tak terlihat, namun jiwa-jiwa Nike Ardilla ada dalam diri fans-nya. Tak hanya mereka yang pernah langsung mendengar suara emas sang penyanyi, hingga anak-anak zaman sekarang pun mengidolakan Nike Ardilla.

Related Post



Posting Komentar