Diberdayakan oleh Blogger.

Kampanye : Konten Analisis Kampanye

Posted by Catatan Jurnalis

Menjelang Pemilu Legislatif 2014 yang tinggal menghitung hari, berbagai partai politik kini tengah menjalani masa kampanye terbuka. Tujuan kampanye terbuka tentu saja untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat dalam bentuk memilih partai politik yang mengusungnya. Berbagai macam cara digunakan oleh partai politik maupun lembaga politik untuk mensukseskan Pemilu 9 April mendatang. Untuk lebih memahami makna dari kampanye, berikut definisinya menurut para ahli :
  1. Rogers & Storey (1987) :Kampanye adalah suatu kegiatan yang memuncak dalam sat jangka waktu tertentu, dalam rangka memengaruhi sesuatu pihak. Menurutnya, setiap aktivitas kampanye mengandung empat hal yaitu tindakan kampanye ditujukan untuk mencitakan efek atau dampak tertentu; jumlah sasarannya besar; biasanya dipusatkan alam kurun waktu tertentu ; dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi
  2. Pfau & Parrot (1993) : Kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan untuk memengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan.
  3.  Raja Sundaram (1981) : Kampanye dapat diartikan sebagai pemanfaatan berbagai metode komunikas yang berbeda secara terkoordinasi dalam periode waktu tertentu yang ditujukan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu berikut pemecahannya.

Secara umum, terdapat tiga jenis kampanye menurut Charles U. Larson, yaitu :
  1. Product oriented campaign : kampanye yang berorientasi kepada produk. Biasanya dilakukan dalam kegiatan komersil.
  2.  Candidate oriented campaign : kampanye yang berorientasi pada calon kandidat untuk kepentingan kampanye politik yang berupaya meraih dukungan sebanyak-banyaknya dari masyarakat. Jenis kampanye ini yang sering digunakan oleh partai politik menjelang pemilu maupun pemilukada.
  3.   Ideological or cause oriented campaign : kampanye yang bertujuan dan bersifat khusus, bedimensi pada perubahan sosial dan non-komersial. Jenis kampanye ini bisa terjadi diberbagai fenomena yang terjadi dimasyarakat. Kampanye jenis ini bisa dimanfaatkan untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pemilu dan memilih kandidat dengan cermat misalnya.

Dalam praktiknya, ada beberapa teori yang digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya , seperti yang disarankan Perloff (1993) :
  1.  Komunikator yang terpercaya : Diperlukannya seorang komunikator yang mampu memengaruhi khalayak dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Hal ini begitu penting karena, pesan yang diorganisasikan dan disampaikan dengan baik, belum tentu dapat memengaruhi khalayak.
  2.  Pesan dikemas sesuai dengan keyakinan khalayak : Pesan akan berpengaruh besar untuk merubah perilaku khalayak bila dikemas sesuai dengan kepercayaan yang ada pada diri khalayak maka tujuan dan tema kampanye, sebaiknya disesuaikan dengan kondisi khalayaknya.
  3. Memunculkan kekuatan diri khalayak : Menyakinkan bahwa khalayak secara personal berkemampuan untuk melakukan perubahan. Menyadarkan bahawa dengan segala kemampuannya itu pasti akan dapat mengubah perilaku kurang baik menjadi perilaku lebih baik seperti yang dianjurkan saat kampanye.
  4. Mengajak khalayak untuk berpikir : Menghadirkan berbagai pertanyaan pada khalayak dan tentunya tidak lupa memberikan solusi dari permasalahan yang diajukan. Hal ini harus memunculkan pemikiran positif dalam diri khalayak. Caranya dengan menyampaikan keuntungan-keuntungan, dan menunjukkan pemikiran-pemikiran negative khlayak adalah tidak benar adanya. Menyajikan data statistik atau fakta-fakta yang terjadi juga dapat membantu mendorong masyarakat untuk berpikir.
  5.  Menggunakan strategi pelibatan : Menyampaikan pesan kampanye dengan menggunakan strategi pelibatan. Pelibatan yang dimaksud dengan pihak-pihak yang dirasa bisa membantu dalam menyampaikan pesan politiknya. Namun, tingkat pelibatan sangat tergantung pada jenis khalayaknya.
  6.  Menggunakan strategi pembangunan inkonsistensi : Memunculkan sebuah pesan yang akan menimbulkan disonansi karena tidak cocok dengan apa yang selama ini dipercayai khalayak.
  7. Membangun resistensi khalayak terhadap pesan negative : Membuat pesan yang dapat diingat dan mudah diaplikasikan bila terjadi kondisi yang akan membawa khalayak untuk melakukan tindkan yang akan ditanggung.

Related Post



Posting Komentar